12.2.14

Dropa Stones - Bukti Keberadaan Alien?



     Di tahun 1938, tim ekspedisi arkeologis pimpinan Prof. Chi Pu Tei dari Universitas Beijing menemukan sejumlah gua di pegunungan Baian-Kara-Ula (Banyan Kara Ulla) di perbatasan China dan Tibet. Di dalam gua-makam, mereka menemukan tulang-tulang manusia kecil berkepala aneh dan sekitar 716 keping batu berbentuk cakram dengan ukiran hyeroglyph di permukaannya. Cakram-cakram itu berdiameter sekitar 1 kaki, memiliki lubang di tengah dengan diameter sekitar 3/4 inchi dan dua bola di bagian tengah. Berdasar pengukuran, diperkiran usia cakram-cakram itu sekitar 10-12 ribu tahun.

     20 tahun kemudian, keping-keping itu dipelajari oleh Dr. Tsum Um Nui, dan akhirnya ia berhasil menafsirkan makna hyeroglyph tersebut. Menurutnya, cakram tersebut berisi cerita bagaimana orang-orang aneh di makam tersebut (orang-orang Dropa) berasal dari sistem bintang lain dan pesawat mereka jatuh ke wilayah Baian-Kara-Ula. Banyak dari mereka yang selamat kemudian dibunuh oleh penduduk asli bangsa Han. Dengan demikian, Dropa Stones ini menjadi bukti keberadaan alien. Benarkah?

     Ada banyak masalah dari kisah di atas. Pertama, keberadaan batu-batu cakram tersebut tak pernah dipastikan. Konon batu-batu itu tersebar di berbagai museum di China, namun tak satupun museum-museum tersebut yang memiliki catatan bahwa batu-batu itu pernah disimpan di sana.

     Lalu, foto-foto yang beredar pun kebanyakan bukanlah foto Dropa Stones, melainkan cakram Bi (Bi Disks), cakram (umumnmya terbuat dari batu jade/giok) dengan lubang di tengah yang kebanyakan berasal dari masa 3000 SM. Batu-batu itu seringkali ditemukan dikubur bersama orang yang meninggal, sebagai bagian dari tradisi kepercayaan mereka. Foto di atas pun, yang diklaim sebagai foto Drupa Stones pun terbukti tidak memenuhi gambaran bahwa batu itu berdiameter 1 kaki - batu di foto berukuran jauh lebih besar.

     Kemudian, kita takkan menemukan nama-nama seperti Chi Pu Tei maupun Tsum Um Nui (yang mana nama yang sangat aneh dan jelas tidak berbau nama orang China). Tidak ada catatan resmi apapun tentang ekspedisi Chi Pu Tei di tahun 1938, bahkan Beijing Academy for Ancient Studies yang diasosiasikan dengan Chi Pu Tei pun tak pernah ada hingga saat ini. Menurut Hartwig Hausdorf, seorang penyokong kuat kisah Dropa, nama Tsum Um Nui adalah pelafalan lokal dari nama Jepang, namun tak ada bukti keberadaan maupun nama asli dari Tsum Um Nui tadi.

     Salah satu kisah tentang orang-orang Dropa berasal dari buku Sungods in Exile (1978) karya David Agamon, yang memuat kisah ekspedisi Dr Karyl Robin-Evans, profesor dari Universitas Oxford. Dikisahkan Robin-Evans melakukan ekspedisi ke pegunungan Bayan Har di tahun 1947, dimana ia bertemu orang-orang Dropa yang merupakan alien yang mendarat darurat di bumi ribuan tahun silam. Buku ini jua memuat foto sepasang orang Dropa dan juga Dropa Stones beserta hieroglyphnya. Belakangan, penulis Inggris bernama David Gamon mengaku sebagai sosok asli di balik nama David Agamon, dan bahwa sosok Robin-Evans adalah sosok fiksi. David Gamon menulis dengan mengambil inspirasi dari artikel Russian Digest serta novel The discs of Biem-Kara.

     Dan tidaklah mengherankan bahwa baik sisa-sisa pesawat angkasa yang jatuh maupun bekas jatuhnya pesawat angkasa tadi tak pernah ditemukan.

     Orang-orang Dropa, atau Dropka, sejatinya adalah sebutan untuk orang-orang suku yang tinggal berpindah-pindah di dataran tinggi Tibet - dan sudah tentu mereka bukan keturunan alien.

Pranala
Crystalinks
BadArchaeology

No comments:

Post a Comment